Pages

Renungan GSJA (Hidup Itu Keras)

Selasa, 26 Mei 2015

Hidup Itu Keras

Hidup itu Keras
“Oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat. “.
(Pengkhotbah 8 : 11)

Dalam hidup ini seringkali kita berhadapan dengan hal-hal yang sulit untuk dicerna dengan logika. Di sinilah kita mengakui ada banyak misteri di dalam hidup yang tidak mudah dipahami. Kita tidak tahu, mengapa Allah membiarkan hal-hal yang buruk menimpa orang-orang baik, sementara orang jahat justru nampaknya mujur terus?  Di manakah letaknya keadilan Allah jika demikian? Jika kita terus bertanya, “Mengapa Allah begini atau begitu” dan tidak dapat menemukan penjelasan yang memuaskan, kita pasti kecewa, bahkan frustrasi dalam mengenal Allah. Ada banyak orang meninggalkan Tuhan karena mereka semakin lama semakin tidak yakin bahwa Allah itu ada. Ketidakyakinan itu muncul karena mereka menganggap bahwa Allah tidak berbuat apa-apa bagi mereka. Allah dituduh tidak dapat membuktikan keadilan-Nya dalam hidup mereka. Bagi mereka, itu berarti Allah tidak ada!
Pengkhotbah adalah seorang yang sangat jujur dan realistis dalam menggambarkan kehidupan manusia yang keras. Ia berbicara secara terbuka dan blak-blakan tentang fakta hidup manusia:
Pertama, Pengkhotbah melihat adanya kehidupan yang keras. “Orang yang satu menguasai orang yang lain hingga ia celaka.” (Ay 1).
Kedua, Pengkhotbah melihat adanya ketidakadilan dalam kehidupan beragama. Terkadang agama dipakai untuk memihak kelompok yang salah, membela dan merestui sepak terjang orang yang berbuat kejahatan, sedangkan orang-orang yang berlaku benar tidak dihargai.
Ketiga, Pengkhotbah melihat orang jahat seringkali nampak hidup dalam kemenangan, (Ay 11), sehingga tidak ada keadilan di tengah masyarakat.
Keempat, Pengkhotbah melihat, yang benar diganjar seperti orang fasik dan orang fasik hidupnya dipenuhi pahala yang seharusnya menjadi milik orang benar (Ay 14).
Fakta-fakta di atas tentu membuat kita berpikir, untuk apa hidup benar jika kenyataan lebih memihak kepada orang yang tidak benar.  Atas fakta-fakta itu, Pengkhotbah justru menekankan 2 hal :
¨ Kita harus yakin, bahwa orang-orang fasik hidupnya tidak akan beroleh kebahagiaan sejati. Mungkin mereka dianggap berbahagia di dunia ini, tetapi kebahagiaan itu semu.
¨ Kita harus belajar untuk beriman, bahwa sekalipun ada banyak hal yang sulit dipahami dengan logika, namun dengan iman kita dapat memahami semuanya itu dan tetap hidup di dalam kesukacitaan dan pengharapan kepada Yesus jaminan hidup kekal.

Kenyataan hidup memang keras dan sering mengecewakan kita, tapi kasih setia Tuhan kekal untuk selama-lamanya

 Sumber : http://www.gsja.org/2015/05/25/hidup-itu-keras/#.VWRHgbeicz4.blogger

Renungan GSJA Lakukan Semampu Kita

Sabtu, 09 Mei 2015

Lakukan Semampu Kita

Bacaan Alkitab: Roma 12
“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam damai dengan semua orang!”
(Roma 12:18)
Tidak ada manusia yang sempurna, siapa pun orang tersebut. Sepandai-pandainya tupai melompat, sekali waktu ia akan jatuh juga. Di atas bintang masih ada langit. Semua prestasi yang dicapai manusia, pasti ada batasnya. Daya jangkau manusia selalu terbatas. Selalu saja masih di bawah standar “kesempurnaan”.

Paulus sadar akan hal itu. Itulah sebabnya tatkala ia memberi nasihat kepada jemaat, ia tidak menuntut kesempurnaan. Ia tidak menunjuk kepada anjuran yang muluk-muluk. “Janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana” (ayat 16). Bahkan, dalam hal menerapkan kebaikan pun, kita harus tetap realistis. Melakukannya sebisa mungkin, sejauh yang dapat kita upayakan. Oleh karena itu, ia menambahkan kalimat “sedapat-dapatnya”.
Di ruang praktik seorang dokter kenalan saya, terpasang tulisan di dinding yang menjadi prinsipnya dalam bekerja. Bunyinya begini:
Sedapat-dapatnya lakukanlah semua yang baik
Sedapat-dapatnya dengan segala macam cara dan upaya
Sedapat-dapatnya di segala waktu yang ada
Sedapat-dapatnya kepada siapa saja yang kamu temui
Sedapat-dapatnya selama mungkin kamu bisa melakukannya
Begitulah semangat yang seharusnya merasuki orang kristiani. Tak terlalu muluk hingga tak terlaksana apa-apa, tetapi tidak juga menjadi malas. Melakukan kehendak Tuhan dengan tekad “sedapat-dapatnya”.  Tak lebih dan tak kurang dari itu, sesuai dengan kemampuan yang bisa kita lakukan, sambil berserah kepada kekuatan Tuhan yang akan memampukan kita.
Mari kita akui ketidaksempurnaan kita sambil bertekad menjangkau sedapat mungkin yang kita bisa.
Sumber : http://www.gsja.org/2012/03/31/lakukan-semampu-kita/

Info Gereja Sidang Jemaat Allah Logos Jayapura

Sabtu, 07 Februari 2015


Alamat GSJA LOGOS JAYAPURA


 

Blogger news

Blogroll

Most Reading